Kekuatan Dibalik Merayakan Kelemahan

Girls Power, Girls Unlimited, Youth Articles

8, September 2020

Siapa yang tidak familier dengan ungkapan, “Dibalik laki-laki yang sukses, ada perempuan yang hebat?” Awalnya, bagi saya ungkapan itu cukup baik. Namun, bila kita lihat kembali, pertanyaan yang kemudian terbesit selalu adalah mengapa harus laki-laki yang sukses dan mengapa harus perempuan yang di belakang? Ungkapan yang cukup dikenal itu sebenarnya sangat mendukung subordinasi perempuan. Ungkapan itu hanyalah satu contoh, di mana perempuan secara langsung ataupun tidak langsung dianggap berada di belakang atau di bawah laki-laki.

Menjadi manusia sebenarnya bukanlah hal yang mudah. Di tengah kehidupan sosial dan budaya yang sering kali merugikan perempuan, banyak sekali stereotip atau pelabelan yang diterima perempuan. Ungkapan seperti “perempuan itu lemah; perempuan tidak bisa memimpin; perempuan itu membutuhkan laki-laki; perempuan itu harus tunduk pada laki-laki; perempuan harus berada di bawah laki-laki; dan sebagainya” tentu bukan sesuatu yang asing di telinga kita. Ibarat kebohongan yang terus dipercakapkan hingga akhirnya dianggap sebagai kebenaran, stereotip-stereotip seperti ini begitu sering dibicarakan sampai-sampai dianggap sebagai sesuatu yang wajar di dalam masyarakat. Kalau sudah begini, siapa yang merugi?

Siapa yang Tidak Lemah?

Kita sebetulnya juga perlu melihat stereotip gender yang diterima laki-laki, “laki-laki itu kuat; laki-laki tidak boleh lemah; laki-laki tidak boleh menangis; dan sebagainya.” Coba kita bayangkan, apakah ungkapan-ungkapan ini relevan dengan hidup laki-laki sebagai manusia? Tentu tidak. Semua laki-laki tidak bisa melakukan segala hal dengan sendiri. Demikian pula, bahwa semua perempuan tidak bisa melakukan semua hal pun sendiri. Ini tidak lain dan tidak bukan membuktikan bahwa kita semua adalah makhluk yang lemah.

Selama kita manusia, kita membutuhkan pertolongan orang lain. Sedari kecil, kita memang sudah butuh bantuan bukan? Kita memang bisa melakukan sesuatu sendiri dan menjadi independen dalam sebagian besar hal. Namun, di dalam hidup ini, juga ada banyak hal yang tidak bisa kita capai tanpa pertolongan orang lain. Oleh karenanya, kita sebenarnya adalah manusia independen yang lemah. Perempuan tidak bergantung kepada laki-laki. Laki-laki tidak bergantung kepada perempuan. Yang tepat adalah sebagai manusia, perempuan dan laki-laki saling bergantung (inter-dependen).

Dengan memahami hal ini, kita bisa dengan rela mengakui bahwa kita lemah. Laki-laki bisa menerima bahwa dirinya tidak selalu harus kuat. Perempuan pun bisa mengakui bahwa dalam banyak kesempatan dan batas kemampuan tertentu, perempuan masih bisa melakukan sesuatu sendiri bukan? Tidak sedikit laki-laki tersiksa karena dianggap harus kuat, begitu pula perempuan yang kerap kali tidak memperoleh kesempatan hanya karena dianggap lemah.

Manusia-manusia Kuat, Itu Kita!

Dengan menyangkali bahwa laki-laki dan perempuan adalah makhluk lemah dan saling membutuhkan satu sama lain, kita mengingkari kodrat kita sebagai manusia. Di tengah kehidupan yang sulit dan penuh tantangan serta tanggung jawab ini, kita perlu menerima bahwa kita semua memiliki kelemahan. Dengan menerima kelemahan dan tidak mengutukinya, kita bisa melihat potensi baik dibaliknya.

Kelemahan memang seharusnya dirayakan, sebab itulah letak kekuatan kita. Bukan suatu kesalahan untuk mengakui bahwa kita lemah. Menerima bahwa kita lemah akan membantu kita untuk saling mendukung satu dengan yang lain. Dengan menerima bahwa kita lemah, kita juga bisa menerima bahwa dalam suatu komunitas, tidak harus laki-laki yang menjadi pemimpin dan bisa melakukan segalanya. Dengan menerima bahwa kita lemah, perempuan pun beroleh kesempatan untuk melakukan apa yang memang bisa dilakukan dan menjadi haknya, termasuk memimpin.

Dibalik kelemahan kita masing-masing, ada kekuatan yang kita miliki. Kekuatan ini mungkin saja berbeda antar seorang dengan yang lainnya. Justru, di sinilah letak keindahannya, sebab kita akan saling melengkapi di tengah-tengah kelemahan kita. Kita memang lemah, tapi bersama, kita bisa. Bersama, kita adalah manusia-manusia kuat. Bila seorang perempuan bisa memimpin, jangan takut untuk memberikan kesempatan baginya. Tidak semua orang harus jadi pemimpin, tapi, bila itu bisa dilakukan oleh perempuan, mengapa tidak?

Kita tidak perlu saling membelakangi. Tidak ada yang mau menjadi terbelakang. Kita perlu berjalan bersama, berdampingan dan berada di samping. Setiap kelemahan kita bukanlah sebuah penghalang bila kita bersama-sama dalam lingkungan yang saling mendukung. Setiap kita memerlukan akses yang sama serta fasilitas yang mendukung sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Kita bisa, karena kita manusia lemah yang kuat! Perempuan bisa! Mari mengumpulkan kekuatan dibalik sela-sela kelemahan kita.

Akhir dari tulisan ini, ada sebuah senandung indah tentang realitas hidup manusia yang dinyanyikan oleh Tulus berjudul Manusia Kuat. Sebagian liriknya mengatakan,

Kau bisa patahkan kakiku,
tapi tidak mimpi-mimpiku.
Kau bisa lumpuhkan tanganku,
tapi tidak mimpi-mimpiku.

Kau bisa merebut senyumku
Tapi sungguh tak akan lama
Kau bisa merobek hatiku
Tapi aku tahu obatnya
Manusia-manusia kuat itu kita
Jiwa-jiwa yang kuat itu kita
Manusia-manusia kuat itu kita
Jiwa-jiwa yang kuat itu kita

Share to

Girls Leadership Academy © 2020