Kita tidak Benar-benar Bebas di Internet

Girls Unlimited, Internet & Social Media

10, July 2020

Internet membuka akses kita pada informasi menjadi sangat luas. Kita punya kuasa untuk membuat akun di berbagai platform, juga bisa bebas mengklik berbagai laman tentang berbagai isu. Hal ini dapat berdampak positif pada hak dasar kita untuk memperoleh informasi, yang memang diatur di dalam undang-undang.

Namun tentu bisa pula berdampak negatif, ketika kita juga merasa bebas melakukan apa saja di internet tanpa mempertimbangkan untung rugi bagi orang lain. Seringkali, anonimitas, serta jarak geografis yang dianggap jauh membuat orang tidak ragu mengatakan hal-hal yang lebih berani dan cenderung mengabaikan kondisi orang lain.

Misal dalam kasus perundungan siber (cyber bullying). Orang-orang bisa dengan mudah melakukan perundungan, seperti menghina fisik, mengatakan hal yang tidak mengenakkan pada orang lain, bahkan hingga pada menyebar informasi pribadi milik orang lain untuk diperolok, dan lain-lain.

Banyak orang seringkali lupa, bahwa interaksi virtual tetap bisa membawa konsekuensi hingga ke dunia nyata. Sekalipun diperantarai internet, tentu lawan berkomunikasi virtual kita masih di dominasi oleh manusia. Sehingga perundungan tetaplah perundungan, apapun mediumnya. Dan tentu, tidak ada ruang untuk membenarkannya.

Pada beberapa kasus, orang-orang bisa berdamai tanpa harus melewati jalur hukum. Namun pada banyak kasus yang lain, Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) lah yang bekerja. Tentu tidak ada yang menyenangkan dari interaksi virtual yang berakhir di balik jeruji besi, bukan?

Safenet Indonesia mencatat bahwa sepanjang Januari hingga April di tahun 2020, telah ada 33 kasus yang dilaporkan melanggar UU ITE. Angka ini meningkat drastis dari data tahun 2019. Namun sayangnya UU ITE selain memang digunakan untuk menyelesaikan masalah di ranah digital, UU ini juga sering dipandang sebagai alat untuk membungkam kebebasan berpendapat. Namun apapun motifnya, hal ini tetap menegaskan bahwa ada yang salah dalam interaksi di internet.

Akhirnya, kita tidak benar-benar bebas. Kebebasan di dunia virtual adalah kebebasan semu. Kita perlu melek akan batas-batas rasional etika berinternet. Misalnya, mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan, perbedaan dan keragaman yang tentu mengakar pada manusia baik secara individu maupun sebagai mahluk sosial, juga norma yang berlaku di masyarakat. Bagaimanapun, penghormatan dan penghargaan pada orang lain penting untuk dijunjung, apapun mediumnya.

Share to

Girls Leadership Academy © 2020