Mengapa Pendidikan Seksual Penting?

Education

28, July 2020

Tidak sedikit ibu yang masih tabu untuk membincangkan perkara haid pada anak perempuan yang belum memasuki masa periode haidnya. Hasilnya, banyak anak perempuan yang juga kebingungan dalam menyikapi hari pertama haid. Haid baru satu hal, masih ada banyak persoalan seksualitas lagi yang ditabukan untuk dibincangkan di meja makan kita.

Membincangkan pengetahuan seksualitas memang belum menjadi budaya jamak di Indonesia. Alih-alih menormalkan pengetahuan tentang seksualitas, pendidikan seks justru kerap kali dipandang sebagai bagian dari pornografi. Olehnya, perlu dilarang.

Tentu saja, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia. BBC bahkan pernah memuat hasil survei BabyChild yang menunjukkan bahwa sebanyak 59% dari orang tua di Inggris yang disurvei menegaskan ketidaksetujuan mereka dengan pendidikan seks yang diberikan kepada anak-anak. Menurut mereka, pengetahuan tentang seks dan hal-hal yang melingkupinya masih belum pantas diberikan kepada anak-anak mereka.

Tapi di tengah semua perdebatan apakah pendidikan seksual itu penting atau tidak, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk melihat apakah kita perlu memperkaya pengetahuan seksualitas kita atau cukup pasrah saja dengan pengetahuan alakadarnya.

Salah satu yang penting adalah kita perlu meluruskan banyak hal. Kita dibiasakan untuk tidak bertanya macam-macam. Seakan ketidaktahuan itu tidak apa-apa. Padahal, ketidaktahuan kita bisa berakibat fatal pada keputusan-keputusan yang kita ambil seiring beranjak dewasa.

Terlebih jika informasi tentang seksualitas hanya diperoleh dari media tanpa pendampingan dari orang-orang terdekat. Maka tidak menutup kemungkinan, kita bisa mengambil kesimpulan yang salah.

Misalnya, menganggap bahwa menunjukkan rasa sayang dengan melakukan hubungan seksual secara bebas adalah hal yang lumrah. Olehnya, tidak berhubungan seksual atau berhubungan dengan menggunakan kondom akan mengurangi kadar rasa sayang kita pada pasangan.

Begitupun dengan berbagai stigma yang dialamatkan pada orang-orang tertentu. Misal, stigma pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ataupun Orang yang Hidup dengan HIV/AIDS (OHIDA). Pada orang-orang yang tidak tahu, akan mudah untuk mempercayai betapa memungkinkannya penyakit ini menular meski dengan saling berjabat tangan.

Sampai di level ini, kita bisa melihat bahwa pengetahuan seksualitas cukup kompleks untuk hanya sekadar disederhanakan dengan persoalan berhubungan badan. Pengetahuan tentang seksualitas pulalah yang mengajarkan kita tentang hal-hal dasar yang penting. Misal, pentingnya memahami tentang “consent” (persetujuan) dalam suatu hubungan. Ingat, jika dipaksa untuk melakukan hubungan intim tanpa persetujuan kedua belah pihak, maka namanya adalah pemerkosaan bukan rasa sayang.

Jika banyak orang mengkhwatirkan pendidikan seks hanya akan melebarkan kemungkinan dan kesempatan anak-anak akan melakukan hubungan seks secara bebas, maka justru lewat pendidikan sekslah kita belajar untuk menajaga diri dari keputusan yang salah dan “sadar” pada setiap keputusan yang diambil, termasuk untuk memperhitungkan resiko (kehamilan, penyakit menular seksual, kekerasan ekonomi, dan banyak lagi).

Hal lain yang penting adalah melalui pendidikan seks, secara perlahan, kita bisa lebih mengenal diri kita dan belajar untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab pada setiap peran yang dijalankan sebagai individu yang terus bertumbuh dewasa.

Share to

Girls Leadership Academy © 2020