Image via Medium/Kenmahakim

Menghadapi dan Melewati Quarter Life Crisis

Edukasi

22, September 2020

Quarter Life Crisis atau krisis usia seperempat abad seringkali disematkan pada orang-orang yang sedang memasuki masa peralihan dari remaja ke dewasa. Krisis usia seperempat abad ini digambarkan dengan tekanan emosional, misal perasaan ragu, cemas, juga takut, yang dirasakan semakin kuat oleh seseorang. Kondisi ini biasa terjadi di rentang usia 20-30 tahun.

Robinson, seorang peneliti dari Universitas Greenwich London, menemukan dalam salah satu penelitiannya bahwa dari 1.100 anak muda yang disurvei, 86 persen dari mereka merasakan tekanan untuk berhasil dalam hubungan, keuangan, dan pekerjaan sebelum mencapai usia 30 tahun.

Hari ini, ada banyak hal yang menjadi pemicunya lahirnya tekanan-tekanan semacam ini.. Beberapa di antaranya adalah akses informasi hari ini yang terbuka lebar di Internet. Informasi yang masif ini salah satu promotornya adalah perkembangan sosial media dimana semua orang bisa dengan mudah membagi dan menerima informasi tentang diri, pencapaian, kegembiraan, dan banyak hal personal lainnya dari orang lain. Tentu saja, semua itu berlangsung di luar kuasa kita.

Kondisi perkembangan teknologi ini tentu juga akan berpengaruh pada bentuk quarter life crisis yang dialami seseorang di setiap masa. Dilansir dari laman psychologytoday.com, pada tahun 1950-an, anak-anak usia 12 hingga 18 akan memasuki tahapan untuk bertanya, “Siapakah saya?”. Sedang saat ini, remaja di rentang usia yang serupa lebih disibukkan untuk mempersiapkan diri ke perguruan tinggi. Pertanyaan yang lebih banyak menghinggapi mereka adalah “apa yang akan dilakukan setelahnya dan mengapa?”.

Terkait pemicu, kegamangan dalam menempatkan “diri” di hadapan publik juga salah satunya. Seringkali, kita tidak sadar membiarkan diri kita larut untuk didikte oleh standar orang lain atau lingkungan pada umumnya. Standar-standar publik tentang kehidupan yang baik, kecantikan, kepintaran, dan banyak lagi seringkali menekan otoritas diri kita untuk mandiri dalam memandang suatu hal.

Dilansir dari salah satu situs kesehatan, beberapa gejala yang muncul saat quarter life crisis ini adalah kurang bahkan kehilangan motivasi untuk melaksanakan aktivitas seperti biasanya, mempertanyakan tujuan hidup dan pencapaian yang diraih selama ini, merasa bahwa hidup seringkali tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, dan lain-lain.

Gejala-gejala ini kerap kali membuat beberapa persoalan jadi lebih berat ketika dipikirkan. Seperti, persoalan karir. Saat lepas dari bangku kuliah, banyak orang yang diperhadapkan pada dilematisnya persoalan karir. Sebagian ada yang bingung memilih satu dari dua kesempatan pekerjaan yang tersedia, sebagian bingung akan mencoba berkarir dalam bidang apa, sebagian bahkan ada yang merasa terpuruk karena tidak kunjung mendapat pekerjaan, terlebih jika melihat kawan seperkuliahan yang sudah mantap dengan pekerjaannya.

Persoalan yang lain adalah Jodoh. Di usia 20-an, pertanyaan “kapan menikah?” atau “pacarnya mana?” jadi semakin sering dilontarkan orang lain. Pada sebagian orang, pertanyaan ini cukup mengganggu, meski untuk sebagian lain tentu tidak bermasalah. Saat pertanyaan semacam itu sering kali didapatkan, terlebih ketika melihat beberapa kawan telah menikah, untuk sebagian orang memicu kecemasan tersendiri.

Karir dan jodoh hanyalah dua di antara yang banyak. Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi krisis di usia seperempat abad ini? Satu di antaranya adalah berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Kita perlu lebih banyak fokus pada diri dan tenaga yang kita miliki sendiri. Terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain membutuhkan tenaga yang lebih besar. Jangan sampai, tenaga kita justru habis sebelum memikirkan diri sendiri.

Kemudian, pada setiap target yang dimiliki, maka percayalah pada kekuatan diri sendiri untuk meraihnya. Kekuatan diri ini penting, termasuk kekuatan untuk meyakini bahwa setiap ketidakpastian yang dirasakan akan memeluk masanya masing-masing.

Share to

Girls Leadership Academy © 2020