Photo by Julia M Cameron from Pexels

Remaja dan Revolusi Industri 4.0

Youth Articles

16, November 2020

Kita telah memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan semakin canggihnya teknologi yang berkembang, yaitu dengan adanya interkoneksi antara manusia dengan teknologi yang dihubungkan melalui internet.

Pada era ini, hampir semua kegiatan dilakukan melalui internet yang mana dominan penggunanya adalah remaja. Tenaga manusia semakin tergantikan oleh mesin. Salah satu perkembangan teknologi pada era ini yaitu perkembangan teknologi komunikasi. Sekarang, jarak tidak lagi menjadi hambatan komunikasi antar individu. Kita dapat berinteraksi kepada siapapun di seluruh penjuru dunia. Dengan banyaknya kemudahan-kemudahan yang terdapat pada teknologi, salah satunya yaitu smartphone yang terhubung dengan internet mendorong jumlah pengguna smartphone di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Pengguna internet di Indonesia menurut Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017 tercatat sebanyak 143,26 juta yang mana Indonesia berada di posisi empat dunia setelah China, India, dan Amerika. APJII juga menyatakan bahwa pengguna internet didominasi oleh usia remaja, yaitu 13-18 tahun.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Generasi Z atau yang biasa disebut iGeneration (generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995-2010) tumbuh dan berkembang dengan sebuah ketergantungan pada teknologi dan internet. Bahkan mungkin sejak dini mereka sudah mengenal dan diperkenalkan dengan gadget. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap aspek biologis, psikologis, maupun sosial mereka karena individu memiliki dua lingkungan sosial yang berbeda, yaitu lingkungan sosial secara langsung (citizen) dan lingkungan sosial di internet (netizen).

Masa remaja merupakan masa peralihan kanak-kanak menjadi dewasa dimana terdapat banyak perubahan dan perkembangan yang terjadi pada diri individu. Pada era ini, perubahan biologis dan perkembangan fisik pada remaja relatif cepat seperti tinggi badan, berat badan, serta pencapaian kemantangan seksual (Hurlock, 2002).

Perilaku Generasi Z saat ini sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih menyukai hal-hal secara instan dan cepat. Dampaknya adalah kurangnya komunikasi verbal yang mereka lakukan, karena mereka lebih terbiasa berkomunikasi melalui media sosial. Selain itu, intensitas pertemuan secara langsung juga turut berkurang dan bisa menimbulkan efek canggung ketika terjadi pertemuan fisik dan akhirnya mereka tenggelam dengan gadget lalu berbagi fokus antara dunia maya dan dunia nyata dengan orang yang ada di hadapan mereka. Hal ini tentu sering kali kita jumpai pada era sekarang ini, dimana manusia lebih senang berfokus terhadap gadget mereka dibandingkan mengobrol secara langsung dengan orang yang ada di hadapan mereka.

Kradag, et, al (2015) menyebutkan bahwa Phubbing (phone dan snubbing) digambarkan sebagai individu yang sibuk melihat smartphone-nya ketika berbicara dengan orang lain dan mengabaikan komunikasi interpersonalnya.

Media sosial telah menjadi bagian dari kebiasaan mereka untuk melihat perkembangan baru dan mungkin juga untuk membagikan perkembangan baru tentang diri mereka kepada orang lain. Mereka akan selalu membawa ponselnya kemanapun mereka pergi dan rutin membukanya baik itu hanya sekedar melihat notifikasi maupun seagai hiburan mereka.

Berbagai aplikasi media sosial yang kini muncul dan rutin diakses oleh remaja seperti Instagram, Twitter, Line, Facebook, TikTok, dan sebagainya. Sebagian besar remaja memiliki akun media sosial tersebut dan bahkan mungkin satu media sosial bisa lebih dari satu akun, seperti contohnya second account Instagram yang banyak dimiliki oleh para remaja sekarang ini.

Pada era digital ini, self concept remaja tidak hanya dibangun melalui kehidupan di dunia nyata tetapi juga dipengaruhi oleh dunia maya. Tanggapan-tanggapan dari orang lain melalui media sosial akan membentuk self concept mereka seperti jumlah followers, like, maupun komentar-komentar orang lain.

Respon positif dari nettizen akan memperkuat identitas diri remaja sehingga self esteem-nya tinggi, sedangkan respon negatif dari netizen seringkali membuat remaja merasa tidak disukai sehingga self esteem-nya akan rendah. Selain itu, media sosial juga menjadi wadah bagi para remaja dalam mencari identitas diri. Mereka cenderung akan mengikuti figur idola yang dilihatnya melalui media sosial sehingga figur tersebut menjadi role model bagi mereka.

Semakin cepatnya perkembangan teknologi ini tentunya memiliki dampak yang positif dan juga negatif bagi para penggunanya, tergantung bagaimana kita menyikapi hal tersebut. Efek perkembangan teknologi dapat dijadikan sebagai kekuatan ketika para penggunanya, terutama para remaja dapat menggunakannya secara bijak dan mengambil manfaat yang ada di dalamnya untuk membentuk kepribadian individu yang positif.

“We are stuck with technology when what we really want is just stuff that works.”- Douglas Adams.

Share to

Girls Leadership Academy © 2020